GELAK MEMORI (Part 1)

Kejutan yang tidak mengejutkan
      
    Ada beragam momen yang acapkali sulit untuk dimusnahkan. Wajar, sebab momen positif memang tidak semestinya dimusnahkan. Seperti momen saat aku dan ribuan rekan-rekan se-Indonesia mendapat kesempatan untuk turut serta menyaksikan pelepasan Guru Garis Depan 2016 (GGD 2016). 
     Jika menarik ulur cerita, aku bahkan seakan tak percaya akan kesempatan ini. Namun begitulah indahnya rencana Allah, selalu saja menakjubkan. Saat itu aku masih sibuk mengemas berkas-berkas rekan-rekan lainnya, dan merampungkan amanah yang diberikan yakni menghubungi rekan-rekan yang belum rampung dalam pemberkasan. Di spasi waktu kusempatkan juga untuk mengamati riuh penantian di beberapa grup yang aku sendiri pun berada di dalamnya, bahkan juga sebagai adminnya. Aku sangat menikmati amanah itu. Yah, walaupun memang tak selalu menyemai dukungan, sebab manusia memang tak selamanya akan memihak pada kita. Apalagi waktu itu kondisinya sudah berada pada penantian panjang. Aku tak mampu menyebutkan itu pengujian kesabaran di tingkat berapa.
      Kesibukan mengurusi berkas dan mengurusi keperluan diri membuatku larut. Hingga suatu ketika muncul dokumen dalam bentuk PDF di grup. Lalu yang memposting mengucapkan kata-kata demikian "Selamat untuk teman-teman yang ikut ke Jakarta untuk Pelepasan GGD". Aku biasa saja responnya waktu itu. Kubiarkan dokumen itu di grup, belum kubuka, belum kubaca sama sekali. Selanjutnya bertambahlah ucapan selamat di grup. "Selamat untuk teman-teman yang ikut". Pernyataan itu kembali muncul, namun dengan menyebutkan beberapa nama dari Riau yang mendapat kesempatan. Dan dalam nama-nama yang mereka sebutkan termasuk namaku. Pelan dan tanpa tergopoh-gopoh aku membuka file itu. Bertumpuk nama di dalamnya, ada yang kukenal dan lebih banyak yang tak kukenali. Aku mencoba mencari namaku, mana tahu teman-temanku keliru. Nama yang tertulis namaku, namun sesungguhnya bukan diriku. Bisa jadi kan ya.
      Setelah kubaca, nama dan penempatan kabupatennya, benarlah adanya bahwa itu adalah aku, Juniar Sinaga. Responku tak berlebihan, sebatas lafaz syukur atas kesempatan yang ada. Sebab jauh sebelumnya, untuk bisa ikut dalam pelepasan ke Jakarta bukanlah ekspektasi terbesarku. Namun jika memang Allah berikan kesempatan, tentu tidak akan menolak bukan? Indah ya rencana Allah.

Fa inna ma'al usri usra
      Fix, aku ikut ke Jakarta untuk perwakilan GGD Anambas dalam pelepasan secara simbolis GGD 2016. Saat yang lain sibuk menanyakan apa-apa saja yang akan dibawa, aku justru kebingungan memikirkan tiket. Kondisi keuangan yang saat itu sedang minim tak memungkinkan untuk membooking tiket dalam waktu dekat. Sementara harga tiket biasanya tahu kan ya, semakin dekat semakin mahal. Ada beberapa kemungkinan yang harus dilakukan. Pertama, mengutang uang teman, lalu membayarkannya setelah nanti penggantian uang transportasi. Kedua, meminjam ke orang tua. Keduanya adalah pilihan yang amat berat. Meminjam uang dalam nominal jutaan, membuat badan merinding. Sebab belum pernah melakukan sebelumnya.
    Aku percaya bahwa rasa syukur senantiasa menghadirkan solusi. Allah tidak akan mungkin memberi kesempatan ini, lalu membiarkan kebingungan untuk mencari tiket menuju lokasi. Tenang, tenang dan tenang sembari mencari solusi. Perlahan aku mulai menanyakan ke teman-teman yang lain. Sementara ke keluarga sendiri aku tak menyampaikan sedikit pun hal mengenai tiket yang belum ada.Tentu alasannya sederhana, tak ingin merepotkan dan membebani. Tanggapan dari teman yang lain, "saya juga sedang minim uang bu Nur. Saya juga minjam jadinya". Begitulah jawaban yang kudapatkan. 
         Aku lupa pastinya, entah siang atau malam waktu itu. Aku mendapatkan whatsapp dari partner jauh. Motivator "pembunuh" yang beberapa kali mencoba membunuh ke-pesimis-anku. Beliau menanyakan tentang tiket, apakah sudah ada atau belum. Dalam hati menjawab "Belum". Balasanku menghadirkan solusi dari beliau. Mengarahkanku pada seseorang yang juga belum kukenali. Lika liku komunikasi pada orang yang pertama kali dijapri lantas memanggilku "pak". Aku diam dan tak membalas panggilan itu di saat yang bersamaan. Menenangkan diri lalu membalas "saya perempuan, Pak". Aku tidak tahu bagaimana ekspresi penerima sesaat setelah membaca klarifikasi itu. Sementara, hal yang kutanyakan padanya pun tak ada lagi. Habis!
        Selanjutnya apa yang kurasakan setelah itu? Bingung? Iya. Panik? Tentu tidak. Sebab ikhtiarku belum berakhir. Aku mencoba menghubungi partner bin kakak. Berlanjut pada pencarian solusi hingga berakhir pada "adanya" hasil akhir. Alhamdulillah. Ekspresiku setelah mendapatkan tiket, masih sama seperti sebelumnya. Datar dan melafazkan syukur untuk kesekian kalinya.

Keberangkatan dan Berpamitan
        Kegiatan kali ini sekaligus sebagai langkah awal menuju tempat penugasan. Walaupun kala itu belum ada informasi pemanggilan dari penempatan. Pemanggilan atau belum, tetap berangkat. Ini bukan pernyataan kepasrahan. Bukan juga nekat, melainkan satu pilihan yang harus dijalankan tanpa memikirkan konsekuensi nantinya. Hanya meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. InsyaAllah.
     Aku lupa tepatnya jam berapa sampai di lokasi, Jakarta. Setelah 'bersantai' beberapa jam di bandara, akhirnya kaki sampai juga di peraduan. Check in bersama rekan yang sama-sama berangkat dari satu tempat, hingga akhirnya berada pada satu bilik yang sama. Mengamati sudut-sudut latar, tak banyak yang kukenali. Suasana baru berubah saat kegiatan pembukaan berlangsung. Satu per satu bermunculan wajah-wajah lama di latar yang baru. Satu per satu bermunculan pula wajah yang sebelumnya belum pernah bersua namun sudah saling berkoordinasi.  Rasanya nano-nano. Saya sangat menikmati setiap kegiatan, tak terasa letih. Sementara bayangan penempatan tak kupikirkan. Lupakan sejenak.
Pemberangkatan Simbolis GGD 2016
Sumber: Dokumentasi penulis


Bersua dengan Pemilik Darah Basecare
     Tak banyak waktu bersama mereka. Sebab kegiatan yang terus sambung menyambung dan atas amanah yang terus bergulir. Raga berada di tempat ini namun jemari tetap tak henti mengabarkan di grup. Meminimalisir prasangka dan rasa resah dari jauh. Pertemuan dengan mereka pun selang seling. Entah itu saat sarapan pagi, juga di sela-sela waktu istirahat dalam kegiatan di ruangan. Puncak pertemuan sekaligus menjadi perpisahannya adalah setelah penutupan kegiatan. Berupaya menahan rasa segan dan malu sekedar ingin berfoto bersama. Kapan lagi bisa bertemu dan berkumpul dengan mereka jika tidak sekarang? Sementara perjumpaan untuk saling memotivasi menganyam cerita belum bisa dipastikan akan ada, sebab usia tetap menjadi rahasiaNya.

Bersama Masyarakat SM-3T Indonesia
Sumber: Dokumentasi penulis
Perjumpaan pertama, yang semoga bukan terakhir. Sebab masih banyak hal yang ingin disemai dari mereka. Tentang kesenyapan, tentang suluh dan segenap cerita lainnya. 
Kalian adalah aksara, yang telah menjadi bagian dari setiap anyamanku. Kalian adalah rasa, yang bisa beragam makna. Selamat menabung pahala di sudut-sudut negeri Indonesia. Salamku untuk anak-anak bangsa disana, semoga bersua di lain masa. InsyaAllah.

Anambas, 27 Januari 2018
Wa ila rabbika farghob
Keep tawadhu
-Juniar Sinaga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dan Mencintai Dalam Ikatan Yang Halal

'Narasi' Ukhuwah

Papan tulis pandemi?